kisahinspiratif para penghafal (1) kisah inspiratif para penghafal alquran (3) kisah nabi (1) kisah para nabi (1) Kisah sang penanda (1) Kisah shahih para nabi (2) Kitab ihya ulumudin (1) komik (2) Komik 10 pahlawan islam (2) komik islam (3) konstatinopel (1) kubur (1) kumpulan hadits bukhari muslim (2) kun anta (1) lisan (1) membaca alquran
KisahKH Abdullah Sajjad Sumenep: Ditembus Peluru Belanda, Syahid Dalam Sujud. Berita. D Zawawi Imron Sebut Jentampes Ponpes Tertua di Tanah Air. Advertorial. Pengurus Rumah Baca ID: Pancasila Sudah Final, Jagalah Persatuan dan Kesatuan. Karya Tulis. Semua Cerpen Opini Puisi Resensi. Karya Tulis.
Bukuini adalah terjemah dari salah satu bab kitab Al Qabas an Nurul Mubin min Ihya Ulumuddin karya Habib Umar bin Buku ini adalah terjemah salah satu bab dari kitab Al Qabas an Nurul Mubin min Ihya Ulumuddin karya Habib Umar bin Hafidz. Dicatat oleh Rasulullah Saw kalau kita telaah secara dalam akan kita dapati di hari harinya yang tak
cash. Al-Ghazali bukanlah sosok yang asing di telinga umat Islam. Di Indonesia, misalnya, tak sedikit para orang tua yang menamai putranya dengan nama tersebut, tak terkecuali artis Ahmad Dhani yang memberi nama anak pertamanya Ahmad al-Ghazali. Popularitas al-Ghazali mendunia karena dia besar sebagai ahli filsafat dan tasawuf pada masa pemerintahan Khilafah Abbasiyah abad ke-5 H 10 M.Al-Ghazali bukan terlahir dari keluarga kaya, dermawan,apalagi dari keturuan raja-raja besar Persia. Dia hanyalah anak dari seorang ayah pemintal benang wool. Tinggal di kota kecil yang jauh dari ibukota, tepatnya di Ghazaleh, Thus, Khurasan, Iran. Masa kecilnya penuh dengan kesederhanaan, akan tetapi dia mendapatkan pendidikan moral yang baik dari orang kecil, al-Ghazali sudah menggemari ilmu pengetahuan. Dia melakukan perjalanan jauh hanya untuk mendapatkan bimbingan dari banyak guru. Dia mempelajari Fiqih, Tasawuf, Filsafat, dan berbagai ilmu lainnya. Hanya, yang paling menonjol dari pribadinya adalah ilmu Tasawuf dan tergolong sebagai salah satu ilmuwan muslim yang produktif dalam menuliskan ide-idenya. Menurut sebuah sumber, ada sekitar 300 buku yang sudah ditulisnya, beberapa yang populer yaitu Fatihatul Ulum, Ayyuhal Walad, Ihyaâ Ulumuddin, Mizanul Amal, al-Risalah al-Laduniyyah, Miskat al-Anwar, Tahafut al-Falasifah, dan Miâyar al-Ilm, dan Minhajul dua karya bukunya yang paling terkenal, yaitu Ihyaâ Ulumuddin dan Tahafut al-Falasifah banyak dipelajari umat Islam hingga hari ini. Di berbagai lembaga pendidikan Islam, seperti pesantren dan madrasaa, dua kitab ini masuk dalam daftar rujukan bahan bacaan para siswa/santri. Ihyaâ Ulumuddin adalah buku tasawaf, sementara Tahafut al-Falasifah adalah karya hasil pemikiran Ulumuddin ditulis oleh al-Ghazali sekitar tahun 500 H 1100 M. Kitab ini menjelaskan tentang kaidah dan prinsip penyucian jiwa, sifat takwa, zuhud, cinta, menjaga hati, dan ikhlas dalam beragama. Lebih dari itu, buku ini juga mengulas berbagai kewajiban umat Islam, misalnya, menuntut ilmu, mendidik dengan cara Islam, menjaga kebersihan, shalat, akhlak dan adab berprilaku, dzikir dan doa, persaudaraan, obat hati, ketenangan jiwa, bahaya lisan, taubat, menjauhi sifat sombong, cinta rasul, dan yang terkandung dalam Ihyaâ Ulumuddin seringkali dijadikan rujukan para sarjana sebagai pendekatan pendidikan moral anak. Mengenai hal ini, Al-Ghazali membagi pengembangan pendidikan nilai moral menjadi dua Pertama, bersungguh-sungguh dalam membiasakan diri mempraktikkan perbuatan baik sejak dini; Kedua, senantiasa memuji kepada Allah swt dan dilakukan secara juga menambahkan, bahwa pemahaman mengenai moral Islam dapat dilakukan melalui pendekatan formal dan informal. Pendidikan informal dapat diberikan kepada anak ketika berkumpul dengan keluarga di rumah melalui pemberian cerita-cerita sejarah dan keteladanan orangtua. âMelalui pendekatan ini, anak akan berlatih dan meniru perilaku orang tua secara berkelanjutan, dan orangtua bisa memonitor perkembangan perilaku anak,â tulis al-Ghazali dalam Ihyaâ Ulumuddin cetakan versi Dar al-Taqwa, Kairo 2000, dikutip dari Masturhah Ismail dkk, dalam Educational Strategies to Develop Discipline among Students Procedia, 2013.Sementara Tahafut al-Falasifah berisi tentang gagasan filsafat yang menyebut kerancuan pemikiran sejumlah filosof sebelumnya. Dia menolak metafisika Aristoles yang dipahami oleh al-Farabi dan Ibn Sina. Bahkan, dia merangkum kerancuan-kerancuan tersebut menjadi 20 poin penting. Dengan sangat keras, al-Ghazali menyebut kerancuan pikiran para filosof yang hidup sekitar satu abad sebelumnya itu dapat mengantarkan umat Islam pada jalan kebohongan, kesesatan, kemurtadan, dan bidâ seorang muslim, keteguhan al-Ghazali dalam menuntut ilmu patut diteladani. Meski dia hidup di tengah-tengah abad âperang ideologi, aliran, dan faham keagamaanâ, namun pemikirannya tetap tidak terseret pada kesesatan hidup ketika pemikiran Islam berada pada tingkat perkembangan yang paling tinggi. Berbagai pemikiran keagamaan itu tidak hanya berhenti sebagai olah budi individual, tetapi berkembang menjadi banyak aliran dengan metode dan sistemnya perkembangan, menurut Muhammad Yasir Nasution 1988 ini memperlihatkan wujudnya dalam tingkat keragaman yang tinggi. [] Nafiâ Muthohirin *Penikmat Kajian Pemikiran Islam, tinggal di Malang
Syeikhul Kabir Al-Imam Ali bin Harzahim Al-Maghribi yang dikenal dengan Ibnu Harzahim adalah seorang ulama besar di Maroko yang hidup sezaman dengan Imam Abul Hasan Asy-Syadzili. Imam Ibnu Harzahim ini awalnya sangat membenci kitab Ihya Ulumuddin milik Imam Ghazali. Di puncak kebenciannya, beliau memerintahkan semua penduduk mengumpulkan kitab Ihya yang dimilikinya untuk dibakar di depan masjid jami selepas shalat Jum' malam sebelum beliau melakukan aksinya itu, pada tidurnya beliau bermimpi bertemu Nabi Shollallahu 'Alaihi Wasallam beserta Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Sayyidina Umar bin Khattab, serta seorang bercahaya yang tidak lain adalah Imam Ghazali. Setelah Imam Ghazali mengadukan kebencian Imam Harzahim kepada kitabnya, Nabi lalu meminta kitab Ihya kepada Imam Ghazali. Lembar per lembar beliau membacanya dan menyatakan bahwa kitab Ihya adalah benar. Begitu juga komentar dari kedua Nabi memerintahkan agar Imam Harzahim dicambuk sebagai hukuman atas kebencian serta makarnya yang akan membakar kitab Ihya. Ketika beliau bangun, beliau mendapati punggungnya menghitam akibat bekas cambukan dan masih merasakan sakit akibat cambukan tersebut. Dari sana kemudian beliau bertaubat serta mencintai kitab Ihya hingga akhir hayatnya. Imam Abul Hasan Asy-Syadzili yang ikut memandikan beliau saat wafatnya, telah bersumpah bahwa bekas cambukan itu masih Hamisy Ihya Ulumuddin juz 1 hal. 10-13 karya Habib Abdul Qadir bin Syeikh Alaydrus qs Kitab Jami Karamatul Aulya juz 1 hal. 180-181 karya Syeikh Yusuf bin Ismail An-Nabhani qs Allahumma Shalli 'Alaa Sayyidina Muhammad Wa 'Alaa Aali Sayyidina Muhammad. Allahumma shalli wa sallim 'ala sayyidina Muhammad abdika wa Rasulika Nabiyil Ummiyi wa 'ala alihi wa shahbihi wa ini berisi ajaran tentang Adab, ibadah, tauhid, akidah dan tasawuf yang sangat mendalam. Kitab ini merupakan hasil perenungan yang mendalam dari Imam Ghazali tentang berbagai hal, khususnya tentang pensucian hati. Seorang ulama besar lainnya al-Imam an-Nawawi pernah berkata âJika semua kitab Islam hilang, dan yang tersisa hanya kitab Ihyaâ Ulumuddin maka ia mencukupi semua kitab yang hilang itu.âMutiara Hikmah Imam GhazaliKita tidak akan sanggup mengekang amarah dan hawa nafsu secara keseluruhan hingga tidak meninggalkan bekas apapun dalam diri kita. Namun jika mencoba untuk mengendalikan keduanya dengan cara latihan dan kesungguhan yang kuat dengan bantuan dan dukungan seorang Musryid, tentu kita akan bisa. Tanpa Mursyid maka mursyidmu adalah setan. Sifat utama pemimpin ialah beradab dan mulia hati. Kebahagiaan terletak pada kemenangan memerangi hawa nafsu dan menahan kehendak yang berlebih-lebihan. Imam Al Ghazali ra.Nasihat itu mudah. Yang sulit adalah menerimanya. Karena, ia keluar dari mulut yang tidak biasa merasakan pahitnya nasihat. Sesungguhnya siapa yang menerima ilmu tetapi tidak mengamalkannya, maka pertanggungjawabannya akan lebih besar. Sebagaimana sabda Rasulullah saw, âOrang yang paling berat azabnya pada hari kiamat kelak adalah orang berilmu alim; ulama yang tidak memanfaatkan ilmunya.â Imam al-Ghazali raRasulullah saw bersabda, âOrang cerdas ialah orang yang dapat mengendalikan dirinya dan berbuat untuk setelah kematian. Dan orang bodoh ialah siapa yang memperturut hawa nafsunya dan selalu berangan-angan akan mendapatkan ampunan Allah.â Imam al-Ghazali ra.Sejak mayat diletakkan di atas peti jenazah hingga diletakkan di bibir kubur, Allah melontarkan 40 pertanyaan dengan segala Keagungan-Nya. Demi Allah, pertanyaan pertama yang Dia ajukan adalah "Hamba-Ku, telah Kusucikan pandangan makhluk bertahun-tahun, tetapi mengapa tak kau sucikan pandangan-Ku sesaat pun, padahal setiap hari Aku melihat ke kedalaman hatimu. Mengapa kau berbuat demi selain-Ku, padahal engkau bergelimang dengan segala kebaikan-Ku, apakah engkau telah tuli dan tak mendengar! Imam al-Ghazali ra. Sudah berapa lama Anda menahan rindu untuk berangkat ke Baitullah? Melihat Kaâbah langsung dalam jarak dekat dan berkesempatan berziarah ke makam Rasulullah. Untuk menjawab kerinduan Anda, silahkan klik Instagram Facebook.
ï»żIhya Ulumuddin atau Al-Ihya merupakan kitab yang membahas tentang kaidah dan prinsip dalam menyucikan jiwa Tazkiyatun Nafs yang membahas perihal penyakit hati, pengobatannya, dan mendidik hati. Kitab ini merupakan karya yang paling terkenal dari Imam Al-Ghazali. Hanya saja kitab ini memiliki kritikan, yaitu meskipun Imam Ghazali merupakan seorang ulama namun dia bukanlah seorang yang pakar dalam bidang hadits, sehingga ikut tercantumlah hadits-hadits tidak ditemukan sanadnya, berderajat lemah maupun maudhu. Hal ini menyebabkan banyak ulama dan para ahli hadits yang kemudian berupaya meneliti, memilah dan menyusun ulang terhadap takhrij hadits yang termuat di dalam Ihya Ulumuddin. Di antaraulama ahli hadits yang menyusun ulang kitab hadits berdasarkan Ihya Ulumuddin ini adalah Imam Ibnul Jauzi dan Imam Ibnu Qudamah Al-Maqdisi yang menulis kitab Minhajul Qashidin dan ikhtisarnya Mukhtasar.[1] Ihya Ulumuddin Mukhtasar Minhajul Qashidin ringkasan Minhajul Qashidin revisi dari Ihya UlumuddinPengarangImam Al-GhazaliBahasaBahasa Arab dengan beragam terjemahanGenreTazkiyatun NafsPenerbitBeragamTanggal terbitcirca 500-an H 1100-an MDiikuti olehMinhajul Qashidin, dll
kisah dalam kitab ihya ulumuddin